Jumat, 14 Januari 2011

Kerajaan Demak dimana Sekarang??

Kerajaan Demak dimana Sekarang?? -
Kabupaten Demak terdiri atas 14 Kecamatan, 241 Desa dan 6 Kelurahan, sedangkan menurut klasifikasinya wilayah Kabupaten Demak terdiri atas 144 Desa/Kelurahan Swadaya Mula dan 69 Swakarya Mula. Selain itu menurut tingkat perkembangan LKMD, maka di Kabupaten Demak terdapat 29 Desa berkategori II dan 218 Desa berkategori III.[3]

“Ensiklopedi Kelirumologi” (Jaya Suprana, 2009 – Elex Media Komputindo-Kompas Gramedia), memuat sebuah entri berjudul “Demak” di halaman 98. Dikatakan olehSekelompok ahli bahkan sampai sekarang bahwa letak lokasi keraton tersebut paling mungkin ada di kawasan selatan alun-alun kota Demak sekarang dan menghadap ke utara. Di kawasan selatan Demak ini terdapat suatu tempat bernama Sitinggil/Siti Hinggil–sebuah nama yang biasanya berasosiasi dengan keraton. Namun kelompok ahli yang lain menentang pendapat tersebut sebab pada abad XV, yaitu saat Kerajaan Demak ada, kawasan Demak masih berupa rawa-rawa liar. Sangat tidak mungkin kalau Raden Patah mendirikan kerajaannya di situ. Yang lebih mungkin, menurut kelompok ini, pusat Kerajaan Demak ada di wilayah sekitar Semarang yaitu Alastuwo, Kecamatan Genuk. Pendapat ini didukung oleh temuan benda-benda arkeologi. Menurut Jaya Suprana, salah satu dari kedua pendapat itu mungkin keliru, tetapi bisa juga dua-duanya keliru (!). Demikian ulasan tentang Demak dalam kelirumologi ala Jaya Suprana.
Kedua pendapat di atas menarik diuji secara geologi sebab keduanya mau tak mau melibatkan sebuah proses geologi bernama sedimentasi. Mari kita lihat sedikit proses sedimentasi di wilayah yang terkenal ini. Terkenal ? Ya, wilayah ini dalam hal sedimentasi Kuarter terkenal. Ada pendapat bahwa dahulu kala Gunung Muria di sebelah utara Demak tidak menyatu dengan tanah Jawa, ia merupakan sebuah pulau volkanik yang kemudian akhirnya menyatu dengan daratan Jawa oleh proses sedimentasi antara Demak-Muria. Mari kita periksa pendapat ini berdasarkan literatur-literatur lama sejarah.
Sedikit hal tentang Kerajaan Demak, perlu dituliskan lagi untuk sekedar menyegarkan pikiran. Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa dan ada sesudah era Kerajaan Majapahit. Sebagian raja Demak adalah turunan raja-raja Majapahit, termasuk Raden Patah –sang pendiri Kerajaan Demak. Riwayat penaklukan Majapahit oleh Demak ada kisah tersendiri yang secara sangat detail diceritakan dalam buku Slamet Muljana (1968, 2005) “Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara” – Bhratara – LKiS. Pada tahun 1515, Kerajaan Demak sudah berwilayah dari Demak sampai Cirebon. Pada tahun 1546, Kerajaan Demak sudah semakin luas wilayahnya termasuk Jambi, Palembang, Bangka, Banten, Sunda Kalapa, dan Panarukan di Jawa Timur. Tahun 1588 Demak lenyap dan penerusnya berganti ke Pajang yang merupakan pendahulu kerajaan/kesultanan di Yogyakarta dan Surakarta sekarang. Runtuhnya Kerajaan Demak tak berbeda dengan penaklukannya atas Majapahit. Peristiwa gugurnya tokoh2 penting Demak saat menyerang Blambangan yang eks Majapahit, dan rongrongan dari dalam Demak sendiri membuat kerajaan makin lemah dan akhirnya runtuh dengan sendirinya. Sebuah pelajaran dari sejarah –cerai-berai dari dalam akan membahayakan kesatuan dan persatuan.
Kembali ke pencarian pusat Kerajaan Demak, buku Mohammad Ali (1963), “Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara” –Bhratara, menarik untuk diacu. Dalam menguraikan terjadinya Kerajaan Demak, Moh. Ali menulis bahwa pada suatu peristiwa Raden Patah diperintahkan oleh gurunya, Sunan Ampel dari Surabaya, agar merantau ke barat dan bermukim di sebuah tempat yang terlindung oleh tanaman gelagah wangi. Tanaman gelagah yang rimbun tentu hanya subur di daerah rawa-rawa. Dalam perantauannya itu, Raden Patah sampailah ke daerah rawa di tepi selatan Pulau Muryo (Muria), yaitu suatu kawasan rawa-rawa besar yang menutup laut atau lebih tepat sebuah selat yang memisahkan Pulau Muryo dengan daratan Jawa Tengah. Di situlah ditemukan gelagah wangi dan rawa; kemudian tempat tersebut dinamai Raden Patah sebagai “Demak”.
Menurut Slamet Muljana (1983), “Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit” – Inti Idayu, hutan di Gelagah Wangi itu dibuka dan dijadikan tempat hunian baru rnama “Bintara”. Dari nama wilayah baru itulah Raden Patah terkenal sebagai Pangeran Bintara. Slamet Muljana (1968, 2005) juga menulis bahwa Raden Patah (nama Tionghoanya Jin Bun – Raden Patah adalah anak raja Majapahit Prabu Brawijaya dan salah seorang istrinya yang disebut Putri Cina) memilih tinggal di daerah kosong dan berawa di sebelah timur Semarang, di kaki Gunung Muria. Daerah itu sangat subur dan strategis untuk menguasai pelayaran di pantai utara. Jin Bun berkedudukan di Demak. Di Demak, Jin Bun menjadi ulama sesuai pesan gurunya, Sunan Ampel. Ia mengumpulkan para pengikutnya baik dari masyarakat Jawa maupun Cina. Saat sebelum memberontak kepada Majapahit, Jin Bun atau Raden Patah adalah bupati yang ditempatkan di Demak atau Bintara.

Bahwa Demak dulu berlokasi di tepi laut, tetapi sekarang jaraknya dari laut sampai 30 km, dapat diinterpretasikan dari peta genangan air yang diterbitkan Pemda Semarang (Daldjoeni, 1992, “Geografi Kesejarahan II” –Alumni). Peta genangan banjir dari Semarang sampai Juwana ini dengan jelas menggambarkan sisa-sisa rawa di sekitar Demak sebab sampai sekarang wilayah ini selalu menjadi area genangan bila terjadi banjir besar dari sungai-sungai di sekitarnya. Dari peta itu dapat kita perkirakan bahwa lokasi Pulau Muryo ada di sebelah utara Jawa Tengah pada abad ke-15 sampai 16. Demak sebagai kota terletak di tepi sungai Tuntang yang airnya berasal dari Rawa Pening di dekat Ambarawa.
Di sebelah baratlaut kawasan ini nampak bukit Prawoto, sebuah tonjolan darat semacam semenanjung yang batuannya terdiri atas napal di Pegunungan Kendeng bagian tengah. Dalam sejarah Demak terdapat tokoh bernama Sunan Prawoto (Prawata) yaitu anak Pangeran Trenggono. Nama sebenarnya adalah Mukmin, tetapi kemudian ia dijuluki Sunan Prawoto karena setiap musim penghujan, demi menghindari genangan di sekitar Demak, ia mengungsi ke pesanggrahan yang dibangun di bukit Prawoto. Sisa-sisa pesanggrahan tersebut masih menunjukkan pernah adanya gapura dan sitinggil (siti hinggil) serta kolam pemandian (De Graaf, 1954, “De Regering van Panembahan Senapati Ingalaga” – Martinus Nijhoff).
De Graaf dan Th. Pigeaud (1974), “De Eerste Moslimse Voorstendommen op Java” –Martinus Nijhoff) punya keterangan yang baik tentang lokasi Demak. Letak Demak cukup menguntungkan bagi kegiatan perdagangan maupun pertanian. Selat yang memisahkan Jawa Tengah dan Pulau Muryo pada masa itu cukup lebar dan dapat dilayari dengan leluasa, sehingga dari Semarang melalui Demak perahu dapat berlayar sampai Rembang. Baru pada abad ke-17 selat tadi tidak dapat dilayari sepanjang tahun.
Dalam abad ke-17 khususnya pada musim penghujan perahu-perahu kecil dapat berlayar dari Jepara menuju Pati yang terletak di tepi sungai Juwana. Pada tahun 1657, Tumenggung Pati mengumumkan bahwa ia bermaksud memerintahkan menggali terusan yang menghubungkan Demak dengan Pati sehingga dengan demikian Juwana dapat dijadikan pusat perniagaan.
Pada abad ke-16 Demak diduga menjadi pusat penyimpanan beras hasil pertanian dari daerah-daerah sepanjang Selat Muryo. Adapun Juwana pada sekitar tahun 1500 pernah pula berfungsi seperti Demak. Sehubungan itu, menurut laporan seorang pengelana asing terkenal di Indonesia saat itu –Tom Pires, pada tahun 1513 Juwana dihancurkan oleh seorang panglima perang Majapahit dan Demak menjadi satu-satunya yang berperan untuk fungsi itu. Perhubungan Demak dengan daerah pedalaman Jawa Tengah adalah melalui Kali Serang yang muaranya terletak di antara Demak dan Jepara. Sampai hampir akhir abad ke-18 Kali Serang dapat dilayari dengan kapal-kapal sampai pedalaman. Mata air Kali Serang terletak di Gunung Merbabu dan di Pegunungan Kendeng Tengah. Di sebelah selatan pegunungan tersebut terdapat bentangalam Pengging (di antara Boyolali dan Pajang/Kartasura).
Ketika dalam abad ke-17 sedimen di Selat Muryo sudah semakin banyak dan akhirnya mendangkalkannya sehingga tak dapat lagi dilayari, pelabuhan Demak mati dan peranan pelabuhan diambil alih oleh Jepara yang letaknya di sisi barat Pulau Muryo. Pelabuhannya cukup baik dan aman dari gelombang besar karena terlindung oleh tiga pulau yang terletak di depan pelabuhan. Kapal-kapal dagang yang berlayar dari Maluku ke Malaka atau sebaliknya selalu berlabuh di Jepara.
Demikian ulasan singkat berdasarkan literatur2 lama sejarah tentang lokasi Kerajaan Demak yang lebih mungkin memang berada di selatan kota Demak sekarang, di wilayah yang dulunya rawa-rawa dan menhadap sebuah selat (Selat Muryo) dan Pulau Muryo (Muria). Justru dengan berlokasi di wilayah seperti itu, Demak pada zamannya sempat menguasai alur pelayaran di Jawa sebelum sedimentasi mengubur keberadaan Selat Muria.
Jalan raya pantura yang menghubungkan Semarang-Demak-Kudus-Pati-Juwana sekarang sesungguhnya tepat berada di atas Selat Muria yang dulu ramai dilayari kapal-kapal dagang yang melintas di antara Juwana dan Demak pada abad ke-15 dan ke-16. Bila Kali Serang, Kali Tuntang, dan Kali Juwana meluap, ke jalan-jalan inilah genangannya –tak mengherankan sebab dulunya juga memang ke selat inilah air mengalir.
Bila kapan-kapan kita menggunakan mobil melintasi jalan raya pantura antara Demak-Pati-Juwana-Rembang, ingatlah bahwa sekitar 500 tahun yang lalu jalan raya itu adalah sebuah selat yang ramai oleh kapal-kapal niaga Kerajaan Demak dan tetangganya.
Kembali ke kelirumologi lokasi Kerajaan Demak, yang mungkin keliru adalah pendapat bahwa pusat Kerajaan Demak berada di Semarang. Samapai sekarang Pemerintahan kabupaten demak blum bias memastikan lokasi sesungguhnya Kerajaan Demak dahulunya.

            Sumber :
Ensiklopedi Kelirumologi” Jaya Suprana, 2009
Slamet mulyana, Runtuhnya Hindu-Jawa (cover dicopy dari somewhere)
Pak awang, blognya ahli geologi indonesia 

Soal Pulau Muria. Geografi Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah zaman Erlangga pada 
abad ke-11 sedikit berbeda dengan kondisinya sekarang. Saat itu, Bengawan Solo masih bermuara 
di depan Madura, bukan di Ujung Pangkah seperti sekarang (kalau saja masih seperti pada 
zaman Erlangga, maka teman2 Amerada Hess tak akan sebanyak sekarang mengeluarkan dana
 buat survey seismik transisi dan mendatangkan barge buat mengebor sumur2nya di Lapangan Ujung Pangkah), 
Tulungagung masih berupa rawa2, juga Wringinsapta (barat Mojokerto)dan muara Kali Brantas 
masih penuh rawa. Di Jawa Tengah utara ada Pulau Muryo dan ada Selat Muryo tempat Kali Lusi 
dan Kali Tuntang bermuara. Kerajaan Demak abad ke-16, setelah 500 tahun sejak zaman Erlangga. 
Selat Muryo telah banyak tertutup oleh sedimentasi dari Kali Lusi dan Tuntang yang membuang 
lumpurnya di celah sempit laut di selatan Pulau Muryo. 
    Ahli sejarah Indonesia masa lalu, Rd. Moh Ali pernah menulis dalam buku 
"Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara" (Ali, 1963) sebagai berikut. 
Pada suatu  peristiwa Raden Patah diperintahkan oleh gurunya yaitu Sunan Ngampel agar merantau 
ke barat dan bermukim di sebuah tempat yang terlindung oleh gelagah wangi. Saat itu, Raden Patah 
masih sebagai seorang bangsawan Majapahit. Dalam perantauannya, Raden Patah sampai ke daerah 
rawa di tepi selatan Pulau Muryo, yaitu rawa-rawa besar yang menutup laut atau lebih tepat selat yang
 terdapat di antara Pulau Muryo dan daratan Jawa Tengah. Di situlah ditemukan gelagah wangi dan 
rawa, kemudian nama itu berubah  menjadi Demak sampai sekarang. 
Buku lain,"Negara Krtagama" (Slametmuljana, 1979) menguatkan tulisan Moh Ali, ahli sejarah ini 
menulis bahwa Raden Patah membuka hutan di Glagahwangi dan menjadikannya dukuh baru bernama 
Bintara,maka Raja Demak pertama ini suka disebut juga Sultan Bintara.
 
        Dulunya Demak terletak di tepi laut, tetapi sekarang letaknya dari Laut Jawa sekitar 30 km. 
Ini disokong oleh pendapat mahaguru sejarah Belanda De Graaf dan Pigeaud dalam
bukunya "De Eerste Moslimse Vorstendommen op Java" (Martinus Nijhoff, 1974) yang menulis : 
letak Demak cukup menguntungkan bagi kegiatan perdagangan maupun pertanian. Selat yang 
memisahkan Jawa Tengah dari Pulau Muryo pada masa itu cukup lebar dan dapat dilayari dengan 
leluasa, sehingga dari Semarang melalui Demak, perahu dapat berlayar sampai Rembang, baru sejak
 abad ke-17 Selat Muryo tak dapat dipakai lagi sepanjang tahun.
        Dalam abad ke-17, khususnya pada musim penghujan, perahu2 kecil dapat berlayar dari Japara
 menuju Pati yang terletak di tepi Kali Juwana. Pada tahun 1657 tercatat dalam sejarah bahwa 
Tumenggung Pati mengumumkan bahwa ia bermaksud memerintahkan menggali terusan yang 
menghubungkan Demak dengan Pati, sehingga Juwana dapat dijadikan pusat perniagaan kambali. 
Perhubungan Demak dengan pedalaman Jawa Tengah sendiri adalah melalui Kali Serang, 
yang muaranya di antara Demak dan Jepara.Sampai akhir abad ke-18, Sungai Serang dapat dilayari 
dengan kapal-kapal kecil sampai ke suatu pedalaman bernama Godong.Mata air Serang ada di lereng
 gunung Merbabu, ada juga yang dipegunungan Kendeng Tengah. Di sebelah selatan pegunungan ini
 terbentanglah bentang alam Pengging (sebelah timur Boyolali) dan Pajang (sekitar Kartasura). 
Nah, wilayah sekitar Boyolali ini kemudian akan berperan dalam episode sejarah pasca Demak, 
zaman Jaka Tingkir,keturunan Majapahit juga. 
       Sedimentasi Selat Muria (Muryo) mudah dilihat dari foto2 udara dan satelit; tetapi catatan2 sejarah
 membuktikannya. Zaman Plistosen, selat dan rawa2 di sekitar Pulau dan Selat Muria ini menjadi tempat
 berkubangnya hewan2 besar mamalia sebangsa kuda nil, tapir,bahkan gajah. 
Tahun 60-an fosil2nya mulai ditemukan, bahkan minggu lalu pun masih terus ditemukan oleh para ahli
 paleontologi seperti Pak Zaim maupun para ahli arkeologi dari balai2 arkeologi di Jawa. 
Patiayam antara lain daerah penemuan di wilayah ini, dan sisa hominids pun pernah ditemukan 
Pak Zaim di sini. 
SHARE TWEET
Terimakasih sudah membaca artikel Kerajaan Demak dimana Sekarang?? dengan URL http://kzue.blogspot.com/2011/01/kerajaan-demak-dimana-sekarang.html. Sempatkan juga untuk membaca artikel-artikel menarik lainnya.

2 komentar:

Tulis komentar anda untuk artikel Kerajaan Demak dimana Sekarang?? di atas!

Silahkan tinggalkan komentar anda.
Baik Sanggahan saran pesan atau tautan sejenis.
Bagi anda yang ingin berkomentar tapi tidak memiliki akun blog manapun silahkan pilih anonimous/anonim.thx