Jumat, 14 Januari 2011

Jalan Raya Daendels

Jalan Raya Daendels -

Jalan Raya Daendels

Kajian yang lebih mutakhir tentang kondisi sepanjang jalan raya pantura timur Jawa Tengah dilakukan Pramoedya Ananta Toer pada tahun 1995, dan diterbitkan dalam buku berjudul Jalan Raya Pos, Jalan Daendels. Pram menulis, Jalan Raya Daendels membentang 1.000 kilometer sepanjang utara Jawa, dari Anyer sampai Panarukan.

Sejak digunakan tahun 1809, jalan ini menjadi infrastruktur penting untuk selamanya. Jalan Daendels dibangun selama satu tahun (5 Mei 1808-1809). Menurut sumber Inggris, pembangunan jalan melalui kerja paksa (Rodi) ini menewaskan 12.000 orang rakyat kecil pribumi.
Yang menarik, Pram melukiskan jarak antara Jalan Raya Pos dan garis pantai. {Yang ada, barang dua ratus meter dari Jalan Raya Pos, di utara alun-alun Rembang, adalah jangkar besi yang cukup besar berdiri miring, dipagari kayu. Orang percaya, itulah jangkar salah satu dari 26 kapal armada Laksamana Besar Cheng Ho, yang berawak 1.000 orang setiap kapal, satu abad sebelum Belanda menjejakkan kakinya di Bumi Jawa{ (2005: 11-12).

Terakhir kali Pram melihat jangkar itu pada penghujung tahun 1930-an. Kini jangkar itu terletak di kawasan wisata Pantai Taman Kartini, persis di sisi utara jalan raya tengah Kota Rembang. Mengenai kondisi tanah yang dihadapi Daendels, Pram (2005: 26) bercerita, {Sedang waktu menggarap ruas Demak-Kudus memotong semenanjung Muria/Jepara, para pekerja berkaparan dalam meninggikan tanah di rawa-rawa Karanganyar (Demak—penulis), baik karena kelelahan, perlakuan keras, maupun malaria yang berabad menghantui Karanganyar.

Malahan semasa mengerjakan ruas ini, rawa-rawa Karanganyar sebagian merupakan tepian laut yang menjorok ke darat, lingkungan alam yang cocok jadi habitat buaya{. Disebutkan juga, saat pembangunan Jalan Raya Daendels sampai ke Demak, sejumlah besar sungai pantai kecil-mengecil mengadang para pekerja. Bahkan Demak dibelah Kali Tuntang yang sedang-sedang saja. Kendala lain, sebagian lokasi merupakan laut pedalaman, atau teluk-teluk dangkal, sehingga harus dilakukan pengurukan.

Daendels pun memutar otak, mencari strategi dalam menghadapi medan genangan air, untuk pembangunan jalan raya ini. Ia lalu memerintahkan penggalian kanal di utara jalan raya, bukan saja untuk mendapatkan tanah urukan, tetapi juga untuk menghubungkan Kali Serang di timur dan Kali Tuntang di barat. Daendels boleh bangga, karena mampu {mengeringkan{ sekitar 36.000 bau rawa dan diubah menjadi sawah. Meski demikian, kata Pram (2005: 94), banjir dan air genangan tetap mengancam wilayah rendah ini, baik selama dan setelah Daendels.
SHARE TWEET
Terimakasih sudah membaca artikel Jalan Raya Daendels dengan URL http://kzue.blogspot.com/2011/01/jalan-raya-daendels.html. Sempatkan juga untuk membaca artikel-artikel menarik lainnya.

0 komentar:

Tulis komentar anda untuk artikel Jalan Raya Daendels di atas!

Silahkan tinggalkan komentar anda.
Baik Sanggahan saran pesan atau tautan sejenis.
Bagi anda yang ingin berkomentar tapi tidak memiliki akun blog manapun silahkan pilih anonimous/anonim.thx